pluginspage="http://www.macromedia.com/go/getflashplayer" width="170" height="370" src="http://www.widgipedia.com/widgets/widgetindex/welcome-widget-8161-8192_134217728.widget?__install_id=130684" wmode="transparent" type="application/x-shockwave-flash" quality="high">
pluginspage="http://www.macromedia.com/go/getflashplayer" width="170" height="370" src="http://www.widgipedia.com/widgets/widgetindex/welcome-widget-8161-8192_134217728.widget?__install_id=130684" wmode="transparent" type="application/x-shockwave-flash" quality="high">

]]> a img {-webkit-transition-duration:.4s;} img:hover {filter: alpha(opacity=60);opacity: .9.9;border-radius:50px;border: 1px #FF66CC;-webkit-box-shadow: 0px 0px 20px #FF66CC;-moz-box-shadow: 0px 0px 20px #FF66CC;}

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

RSS

sejarah tari piring

Tari Piring


Tari Piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang adalah salah satu seni tari tradisonal di Minangkabau yang berasal dari kota Solok, provinsi Sumatera Barat. Tarian ini dimainkan dengan menggunakan piring sebagai media utama. Piring-piring tersebut kemudian diayun dengan gerakan-gerakan cepat yang teratur, tanpa terlepas dari genggaman tangan.
_____________________________________________________________________________________


Sejarah

Sejarah Tari Piring Salah satu seni tari asal Minangkabau, Sumatera Barat yang masih sering dipentaskan adalah tari piring (tari piriang ).
Tari yang identik dengan penari cantik yang menggunakan piring ini menurut sejarahnya telah ada sejak 800 tahun yang lalu. Dan terus berkembang dalam budaya Minangkabau.
Tari piring taeus berkembang hingga ke zaman kerajaan Sri Vijaya (kerajaan Sriwijaya) dan runtuhnya kerajaan tersebut oleh kerajaan Majapahit pada abad ke-16 ternyata tidak menghentikan perkembangan seni tari tersebut.
Justru dengan runtuhnya kerajaan Sri Vijaya, membuat tari piring makin dikenal oleh negara Melayau lainnya seperti Malayasia.
Perkembangan tari piring di negara – negara Melayu dipicu oleh pelarian orang – orang Sri Vijaya ke negara – negara tersebut.
Sehingga tidak mengherankan jika di Malaysia tarian piring juga sering digunakan dalam acara perkawinan khususnya perkawinan kalangan masyarakat berada seperti bangsawan dan hartawan.
Menurut sejarah tari piring, tarian ini diciptakan untuk menunjukan rasa syukur masyarakat kepada para dewa dengan menyajikan sesajian berupa makanan lezat yang dibawakan oleh gadis – gadis cantik.
Namun seiring masuknya Islam di daerah Melayau, fungsi tarian piring pun tidak lagi ditujukan untuk sesembahan bagi para dewa, namun ditujukan untuk para raja dan pejabat.
Tari piring pun tidak hanya dinimakti oleh kalangan atas saja, tetapi bisa dinikmati oleh semua kalangan masyarakat.
Dan seiring perkembangan zaman, tari piring tidak hanya ditujukan untuk raja dalam konteks pemimpin negara, tapi juga pada raja – ratu sehari alias pengantin.
Tarian piring biasanya ditampilkan pada saat pengatin sedang bersanding dalam pelaminan.
_____________________________________________________________________________________


Pembawaan

Pada Seni tari piring dapat dilakukan dalam berbagai cara atau versi, hal itu semua tergantung dimana tempat atau kampung dimana Tarian Piring itu dilakukan. Namun tidak begitu banyak perbedaan dari Tari Piring yang dilakukan dari satu tempat dengan tempat yang lainnya, khususnya mengenai konsep, pendekatan dan gaya persembahan. Secara keseluruhannya, untuk memahami bagaimana sebuah Tari Piring disajikan, di bawah ini merupakan urutan atau susunan sebuah persembahannya.
1. Persiapan awal.
Sudah menjadi kebiasaan bahwa sebuah persembahan kesenian harus dimulakan dengan persediaan yang rapi. Sebelum sebuah persembahan diadakan, selain latihan untuk mewujudkan kecakapan, para penari Tari Piring juga harus mempunyai latihan penafasan yang baik agar tidak kacau sewaktu membuat persembahan.
Menjelang hari atau masa persembahan, para penari Tari Piring harus memastikan agar piring-piring yang mereka akan gunakan berada dalam keadaan baik. Piring yang retak atau sumbing harus digantikan dengan yang lain, agar tidak membahayakan diri sendiri atau orang ramai yang menonton. Ketika ini juga penari telah memutuskan jumlah piring yang akan digunakan.
tari piring
Segera setelah berakhir persembahan Silat Pulut di hadapan pasangan pengantin, piring-piring akan diatur dalam berbagai bentuk dan susunan di hadapan pasangan pengantin mengikut jumlah yang diperlukan oleh penari Tari Piring dan kesesuaian kawasan. Dalam masa yang sama, penari Tari Piring telah bersiap sedia dengan menyarungkan dua bentuk cincin khas, yaitu satu di jari tangan kanan dan satu di jari tangan kiri. Penari ini kemudian memegang piring atau ceper yang tidak retak atau sumbing.
2. Mengawali tarian
Tari Piring akan diawali dengan rebana dan gong yang dimainkan oleh para pemusik. Penari akan memulai Tari Piring dengan ’sembah pengantin’ sebanyak tiga kali sebagai tanda hormat kepada pengantin tersebut yaitu; sembah pengantin tangan di hadapan sembah pengantin tangan di sebelah kiri sembah pengantin tangan di sebelah kanan
3. Saat Menari
Selesai dengan tiga peringkat sembah pengantin, penari Tari Piring akan memulakan tariannya dengan mencapai piring yang di letakkan di hadapannya serta mengayun-ayunkan tangan ke kanan dan kiri mengikut rentak muzik yang dimainkan. Penari kemudian akan berdiri dan mula bertapak atau memijak satu persatu piriring-piring yang telah disusun lebih awal tadi sambil menuju ke arah pasangan pengantin di hadapannya. Pada umumnya, penari Tari Piring akan memastikan bahwa semua piring yang telah diatur tersebut dipijak. Setelah semua piring selesai dipijak, penari Tari Piring akan mengundurkan langkahnya dengan memijak semula piring yang telah disusun tadi. Penari tidak boleh membelakangkan pengantin.
Dalam masa yang sama kedua tangan akan berterusan dihayun ke kanan dan ke kiri sambil menghasilkan bunyi ‘ting ting ting ting …….’ hasil ketukan jari-jari penari yang telah disarung cincin dangan bagian bawah piring. Sesekali, kedua telapan tangan yang diletakkan piring akan dipusing-pusingkan ke atas dan ke bawah disamping seolah-olah memusing-musingkannya di atas kepala
4. Mengakhiri Tarian
Sebuah sajian Tari Piring oleh seseorang penari akan dapat berakhir apabila semua piring telah dipijak dan penari menutup sajiannya dengan melakukan sembah penutup atau sembah pengantin sekali lagi. Sembah penutup juga diakhiri dengan tiga sembah pengantin dengan susunan berikut; sembah pengantin tangan sebelah kanan sembah pengantin tangan sebelah kiri sembah pengantin tangan sebelah hadapan
_____________________________________________________________________________________


Filosofi

Permainan piring di tangan penari Solok, Minangkabau, adalah peragaan cara membina rumah tangga. Ingin tahu filosofinya?
Begini, menurut pemahaman penduduk Sumatra Barat, gerakan tari piring melambangkan kerja sama ketika warganya berada di sawah. Koreografi ini meniru cara petani bercocok tanam dan menunjukkan ungkapan rasa syukur mereka saat menuai hasil panen yang bakal menghidupi seisi rumah.
Piring di tangan mereka diisi makanan yang lezat untuk dipersembahkan kepada dewa. Tetapi sejak agama Islam masuk, tari piring mempersembahkan sesajennya kepada majelis keramaian dan raja-raja atau pembesar negeri.

Kini, tari piring juga dipakai sebagai bagian dalam pernikahan tradisional karena pengantin dianggap sebagai raja sehari yang layak mendapat penghormatan. Butuh kecakapan memegang piring dan mengatur mimik muka yang tepat saat menarikannya.
Ketika penarinya bergerak cepat, atau disebut ayun, bersiaplah menyaksikan atraksi lempar piring. Piring yang mudah pecah itu akan dilontarkan tinggi-tinggi ke udara. Dan, penari menunjukkan kebolehan dalam mempermainkan piring di tangannya. Itulah bagian yang melambangkan kegembiraan tatkala musim panen tiba.
Pada bagian penutup, penari akan menghempaskan piring ke tanah dan mulai menari di atas pecahan piring. Inilah lambang kesucian dari niat para penari. Anehnya, tidak ada kaki yang terluka akibat menari melompat-lompat di atas beling.
Musik tari piring dibunyikan oleh gemerincing dua cincin di kedua tangan penari, berikut iringan meriah dari talempong dan saluang. Umumnya personel penari piring berjumlah ganjil dan terdiri dari tiga sampai tujuh orang.
_____________________________________________________________________________________



http://kebudayaanindonesia.com/tari-piring/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

TARI PENDET :: Tari Pendet ::TARIAN Asli Bali :: Artikel - Tari Pendet tergolong jenis tarian wali, yaitu tarian Bali yang dipentaskan secara khusus untuk keperluan ritual keagamaan. Tarian yang dianggap sangat disucikan karena mengandung nilai-nilai religiusitas yang tinggi. Suatu tarian yang juga merupakan gerakan ritual pemujaan kepada para dewea yang telah berbaik hati memberikan segala kebutuhan manusia.

Mudahnya Mempelajari Tari Pendet

Tarian ini diciptakan oleh seniman tari Bali, I Nyoman Kaler, pada 1970-an. Tari ini bercerita tentang turunnya dewa-dewi kahyangan ke bumi. Penciptanya sangat paham adat dan hukum dalam pemujaan terhadap dewa-dewi. Tidak heran kalau tarian ini mampu memperlihatkan gambaran cara manusia memuja sang pelindung hidupnya. Inilah tarian persembahan kepada yang telah berbaik hati kepada manusia. Meskipun tarian ini termasuk jenis tarian wali, berbeda dengan tarian upacara lain.

Tarian upacara lain biasanya memerlukan penari khusus dan terlatih serta harus melalui berbagai ritual khusus. Sedangkan tarian pendet bisa dilakukan oleh siapa pun. Baik yang sudah terlatih maupun yang masih awam dan dapat dilakukan oleh semua gender.

Pada dasarnya, dalam tari ini, para gadis muda hanya mengikuti gerakan dari penari perempuan senior di depannya yang mengerti tanggung jawab dalam memberikan contoh yang baik. Inilah yang membuat tarian satu ini cukup dikenal dan mudah menarik hati setiap orang untuk mempelajarinya dan mencoba menarikannya. Tubuh yang gemulai akan terlihat menyatu dengan para penari yang lain membuat keindahan tarian ini semakin memesona.

Tidak mengherankan kalau keterkenalan tarian Bali satu ini menggoda negara lain untuk mengklaimnya. Pesona gerakan tangan dan lirikan mata yang cukup atraktif telah membuat tarian Bali ini sangat menarik. Tentu saja orang Bali pada khususnya dan orang Indonesia pada umumnya yang sangat tahu bahwa tarian itu berasal dari Bali, sempat marah dan merasa sangat tersinggung.

Tidak sulit mempelajari tarian ini. Tetapi hal itu bukannya satu cara yang indah untuk menganggap dan mengklaim bahwa tarian ini bukan dari Bali, Indonesia melainkan dari negara lain hanya karena mereka memiliki penari yang bisa menarikan tarian ini dengan sempurna.

Adalah kewajiban setiap anak bangsa untuk mempertahankan kelestarian budaya termasuk tarian yang sangat khas. Ketika anak bangsa tidak lagi peduli, jangan salahkan dan jangan marah kepada orang lain yang berasal dari negara lain yang terlihat sangat peduli dan ingin melestarikannya.

Klaim itu merupakan satu sinyal betapa begitu banyak orang lain yang menginginkan kebudayaan Indonesia menjadi milik mereka. Merek atampaknya cemburu dan meratapi nasib mengapa mereka tidak mempunyai budaya yang begitu banyak seperti bangsa Indonesia.

Sedangkan bangsa Indonesia sendiri, karena mungkin merasa telah memiliki begitu banyak buday adan kebudayaan, akhirnya terlena dan tidak menyadari kekayaannya sehingga tak ada data yang akurat berapa jumlah kekayaan itu. Hal ini tidak boleh lagi terjadi. Bangsa ini harus sadar kalau ia kaya dan kekayaan itu harus didata. Sama seperti orang kaya harta.

Ketika dia tidak menyadari betapa kayanya ia, ia seolah semana-mena dengan kekayaannya dan terlihat tak peduli. Namun, saat ada yang terlihat sedikit peduli, barulah ia sadar bahwa begitu banyak miliknya yang belum didokumentasikan dengan baik.

Pendataan kekayaan budaya itu adalah salah satu sikap penghargaan dan penghormatan kepada para pendahulu yang telah dengan kerja keras bersusah payah merenungkan dan menciptakan satu budaya yang bisa diwariskan kepada anak cucu.

Jangan disia-siakan apa yang telah dilakukan oleh orang lain kepada kita. Kita yang tinggal menikmati harusnya mempunyai kesadaran untuk melestarikannya.

Tarian Pemujaan

Awalnya, tarian pendet merupakan tarian pemujaan yang banyak dilakukan di pura. Tarian ini menggambarkan penyambutan dan persembahan atas turunnya Dewa-Dewi ke alam Marcapada. Tidak heran, pada awalnya tidak banyak pertunjukan yang menampilkan tarian ini di muka umum.

Perlahan, seiring perkembangan zaman, para seniman tari Bali mengubah tarian menjadi tarian “selamat datang”. Tentu saja ada gerakan yang tidak sama ketika tarian ini ditampilkan di Pura dan ketika tarian ini ditampilkan di depan orang banyak.

Tari ini sebagai tarian selamat datang dilakukan sambil menaburkan bunga di hadapan para tamu yang datang, seperti tarian aloha di Hawaii. Hal ini dimaksudkan untuk membuat para tamu senang dan merasa diperhatikan dan kehadirannya dianggap sesuatu yang penting.

Meskipun demikian, bukan berarti tari ini kehilangan nilai kesakralannya. Tarian ini tetap memiliki nilai sakral dan religius dengan mengikutsertakan nilai-nilai keagamaan yang kental. Bila diperhatikan, para penari tetap harus merasa bahwa tarian ini mengandung nilai yang tidak biasa dan tidak boleh dibawakan sembarangan dengan memodifikasinya sekehendak hati.

Tarian Sakral

Umumnya, tarian pendet dilakukan secara berkelompok atau berpasangan. Tarian ini dianggap lebih dinamis daripada tari rejang. Atraksi yang menarik dengan kelincahan para penari, membuat tarian ini sangat menarik. Tarian nan sakral ini ditampilkan setelah tari rejang di halaman pura dan umumnya menghadap ke arah suci (pelinggih). 

Para penari pendet berdandan seperti para penari upacara keagamaan sakral lainnya, yaitu memakai pakaian upacara, setiap penari membawa sesajian persembahan, seperti sangku (wadah air suci), kendi, cawan, dan yang lainnya.

Dari tata cara menari yang memang terlihat seperti tarian peribadatan, maka tarian ini memang tidak boleh dibawakan dengan main-main. Nilai-nilai religiusitas itu membawa penari merasa bertanggung jawab untuk bisa membawakannya dengan sebagus dan seindah mungkin agar para dewa berkenan dengan semua persembahan yang diberikan.

Tarian Hindu

Sejak lama, tarian pendet merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan keagamaan masyarakat Hindu di Bali. Tarian ini merupakan tarian yang dibawakan oleh sekelompok remaja putri. Setiap penari membawa mangkok perak (bokor) yang berisi penuh dengan bunga. 

Pada akhir tarian, para penari akan menaburkan bunga ke arah penonton sebagai ucapan selamat datang. Biasanya, tarian ini ditampilkan untuk menyambut tamu-tamu atau memulai suatu pertunjukan.

Pencipta Tari Pendet

Pencipta atau koreografer tarian pendet modern adalah I Wayan Rindi. Dia merupakan seorang penari yang dikenal sebagai penekun dan pemerhati seni tari yang memiliki kemampuan menggubah dan melestarikan seni tari Bali melalui pembelajaran pada generasi penerusnya.
Semasa hidupnya, dia aktif mengajarkan dan melestarikan beragam tari Bali, termasuk tarian yang sakral ini kepada keluarga maupun di luar lingkungan keluarganya.

Suatu kreasi yang berasal dari jiwa akan menghasilkan satu karya yang akan mampu memberikan efek dan reaksi yang menggugah jiwa pula. Gerakan yang benar-benar diciptakan dengan tujuan memberikan penghormatan kepada para dewa membuat sang pencipta tarian ini berhati-hati dan dengan penuh kasih ia meletakkan dirinya sebagai seorang hamba yang taat dan begitu mengagungkan Para Pemberi kesejahteraan di dunia.

Satu karya yang harus dilestarikan dengan cara tetap mempelajari dan menampilkannya ke depan para tamu. Dengan sering ditampilkan, maka akan banyak orang merasa tertarik mempelajarinya. Paling tidak ketertarikan itu akan menumbuhkan rasa sayang dan rasa cinta kepada tarian indah ini.

Jangan sampai orang lain malah lebih mengenal tarian ini bukan berasal dari Bali. Satu kerugian yang mendalam bila tarian ini sampai tak dikenal sebagai bagian dari budaya Indonesia.

Sempat Diklaim Malaysia

Tari pendet penyambutan yang dimodifikasi dari tarian pendet sakral sempat diklaim oleh negara tetangga, Malaysia, sebagai bagian dari budayanya. Kejadian ini sempat memanaskan hubungan negara serumpun ini. Pengakuan tarian ini oleh Malaysia merupakan imbas dari tidak ada hak kekayaan intelektual dari pemerintah Indonesia.

Menurut sejarah, tari ini telah mengakar dalam budaya Bali. Tarian ini bahkan merupakan salah satu tarian yang paling tua di antara tari-tarian yang ada di Pulau Dewata. Untuk itu, diperlukan perhatian pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk lebih memperhatikan dan melestarikan kebudayaan yang ada di Indonesia. Hal ini bertujuan untuk mencegah pengakuan budaya Indonesia oleh negara lain.

Modifikasi memang boleh saja dilakukan sebagai dampak dari perkembangan zaman dan untuk lebih menarik perhatian anak bangsa agar lebih semangat mempelajarinya. Tetapi satu hal yang apsti adalah bahwa para pembuat modifikasi itu menyadari kesakralan dan nilai-nilai keagamaan yang dikandung oleh tari pendethttp://indonesiadocuments.blogspot.com/2012/08/tari-pendet.html

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

TARI JAIPONG

Seni Tari Jaipong



Jaipongan

Jaipongan adalah sebuah genre seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira.
Perhatiannya pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul
perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan,
nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian di atas cukup memiliki inspirasi untuk mengembangkan
tari atau kesenian yang kini dikenal dengan nama Jaipongan.

Sejarah

Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatarbelakangi bentuk tari pergaulan ini.
Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan merupakan pengaruh dari Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari
pergaulan tak lepas dari keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk
kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik
yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda,
diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun 1916. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh
unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk, dan gong.
Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai
cerminan kerakyatan.

Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang berperan aktif dalam seni pertunjukan
Ketuk Tilu/Doger/Tayub) beralih perhatiannya pada seni pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat
(Karawang, Bekasi, Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya maupun
peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi
tari-tarian dalam Topeng Banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari
tarian dalam Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung
unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan
tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah
Tayuban dan Pencak Silat.

Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang memang karena dasar tarian itu
merupakan pengembangan dari Ketuk Tilu. Karya pertama Gugum Gumbira masih sangat kental dengan warna ibing Ketuk Tilu,
baik dari segi koreografi maupun iringannya, yang kemudian tarian itu menjadi populer dengan sebutan Jaipongan.

Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari "Daun Pulus Keser Bojong" dan "Rendeng Bojong"
yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan putri). Dari tarian itu muncul beberapa nama penari
Jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kurniadi. Awal kemunculan tarian tersebut sempat
menjadi perbincangan, yang isu sentralnya adalah gerakan yang erotis dan vulgar. Namun dari ekspos beberapa media cetak,
nama Gugum Gumbira mulai dikenal masyarakat, apalagi setelah tari Jaipongan pada tahun 1980 dipentaskan di TVRI stasiun pusat Jakarta.
Dampak dari kepopuleran tersebut lebih meningkatkan frekuensi pertunjukan, baik di media televisi, hajatan maupun perayaan-perayaan
yang diselenggarakan oleh pihak swasta dan pemerintah.

Kehadiran Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para penggiat seni tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis
tarian rakyat yang sebelumnya kurang perhatian. Dengan munculnya tari Jaipongan, dimanfaatkan oleh para penggiat seni tari untuk
menyelenggarakan kursus-kursus tari Jaipongan, dimanfaatkan pula oleh pengusaha pub-pub malam sebagai pemikat tamu undangan, dimana
perkembangan lebih lanjut peluang usaha semacam ini dibentuk oleh para penggiat tari sebagai usaha pemberdayaan ekonomi dengan nama
Sanggar Tari atau grup-grup di beberapa daerah wilayah Jawa Barat, misalnya di Subang dengan Jaipongan gaya "kaleran" (utara).

Ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan (alami, apa adanya).
Hal itu tercermin dalam pola penyajian tari pada pertunjukannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang
ada di Bandung, juga ada pula tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada seni Jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini
dapat kita temui pada Jaipongan gaya kaleran, terutama di daerah Subang. Dalam penyajiannya, Jaipongan gaya kaleran ini,
sebagai berikut: 1) Tatalu; 2) Kembang Gadung; 3) Buah Kawung Gopar; 4) Tari Pembukaan (Ibing Pola), biasanya dibawakan oleh
penari tunggal atau Sinden Tatandakan (serang sinden tapi tidak bisa nyanyi melainkan menarikan lagu sinden/juru kawih); 5) Jeblokan
dan Jabanan, merupakan bagian pertunjukan ketika para penonton (bajidor) sawer uang (jabanan) sambil salam tempel. Istilah jeblokan
diartikan sebagai pasangan yang menetap antara sinden dan penonton (bajidor).

Perkembangan selanjutnya tari Jaipongan terjadi pada taahun 1980-1990-an, di mana Gugum Gumbira menciptakan tari lainnya seperti
Toka-toka, Setra Sari, Sonteng, Pencug, Kuntul Mangut, Iring-iring Daun Puring, Rawayan, dan Tari Kawung Anten. Dari tarian-tarian
tersebut muncul beberapa penari Jaipongan yang handal antara lain Iceu Effendi, Yumiati Mandiri, Miming Mintarsih, Nani, Erna,
Mira Tejaningrum, Ine Dinar, Ega, Nuni, Cepy, Agah, Aa Suryabrata, dan Asep.

Dewasa ini tari Jaipongan boleh disebut sebagai salah satu identitas keseniaan Jawa Barat, hal ini nampak pada beberapa acara-acara
penting yang berkenaan dengan tamu dari negara asing yang datang ke Jawa Barat, maka disambut dengan pertunjukan tari Jaipongan.
Demikian pula dengan misi-misi kesenian ke manca negara senantiasa dilengkapi dengan tari Jaipongan. Tari Jaipongan banyak mempengaruhi kesenian-kesenian lain yang ada di masyarakat Jawa Barat, baik pada seni pertunjukan wayang, degung, genjring/terbangan, kacapi jaipong, dan hampir semua pertunjukan rakyat maupun pada musik dangdut modern yang dikolaborasikan dengan Jaipong menjadi kesenian Pong-Dut.Jaipongan yang telah diplopori oleh Mr. Nur & Leni





Sumber:
* Ganjar Kurnia. 2003. Deskripsi kesenian Jawa Barat. Dinas Kebudayaan & Pariwisata Jawa Barat, Bandung.
* wikipedia


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS